Menjadi Orang Biasa

 

“Apa salahnya sih jadi orang biasa?”

Pertanyaan itu sudah setahun lalu ada dalam kepalaku saat banyak orang berlomba-lomba ingin terlihat berperan untuk segala hal. Padahal disetiap sudut aku sering bertemu dengan banyak orang. Orang-orang yang tidak aku kenal dan mereka juga tidak mengenalku.

Aku sering membaca di timeline social media, jadi dewasa itu gak enak, banyak beban, banyak pencapaian yang sulit. Tapi aku masih bisa bertahan hidup di usiaku yang seperempat abad ini dengan menjadi orang biasa. Dengan membuat pencapaianku sendiri tanpa ada campur tangan orang lain apalagi mengikuti trand.

Kemudian kembali pada lingkungan pertemananku yang heboh membicarakan eksistensi perusahaan start up, sibuk membangun karir dengan target yang tinggi, usia sekian harus punya ini itu, bekerja di gedung tinggi. Kemudian aku kembali bergumam dalam hati, emang salah ya jadi orang biasa?

Saat aku tinggal di desa, aku banyak bertemu dengan masyarakat yang terlihat menikmati hidup. Masyarakat yang mungkin tidak pernah kenal gimana sih rasanya kerja di gedung berkaca. Tapi aku melihat banyak hal dari mereka dan ternyata mereka berperan.

Aku melihat banyak sawah hijau yang subur dengan beberapa orang yang sedang duduk sambil mengipas-ngipaskan topinya. Yang dibicarakan juga tidak jauh dari obrolan ringan dan guyonan lainnya kemudian saling tertawa. Seperti inilah yang namanya hidup bukan?

Hidup yang harus dinikmati dan disyukuri, hidup yang sesekali melupakan target dan menjadi selayaknya manusia biasa yang bisa lelah dan tertawa. Hidup yang tidak melulu berbicara soal standarisasi orang-orang apalagi memenuhi ekspektasi mereka.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Pink berry Lip Moist

Review Serum Viva Anti Aging